Hujan es yang terjadi di jakarta kemaren sore (28 Maret 2017) sempat menggegerkan warga. Pasalnya hujan yang biasanya berupa air ternyata turun membawa butiran es... gede pula, sebesar kerikil... Kan bahaya kalo kena kepala. Bisa luka tuh kepala.
Pemanasan global yang semakin meningkat, merupakan salah satu pemicu terjadinya hujan es ini. Pemanasan global ini menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan cuaca yang cukup ekstrim.
Sebetulnya peristiwa hujan es bukan kali ini saja, di daerah lain juga sudah pernah terjadi. Ini adalah fenomena alamiah. Hujan es adalah fenomena alamiah akibat adanya perubahan uap air atau
benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun
(kondensasi).
Kondensasi terjadi di dalam awan cumulus nimbus yang melewati batas pendinginan di atmosfer pada lapisan di batas level beku.
Ada beberapa pertanda yang dapat dicermati sebagai kemungkinan turunnya hujan es terjadi. Pertanda tersebut diantaranya:
1.Satu hari sebelum hujan es turun, jelas dia, udara pada
malam hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
Udara panas dan gerah ini diakibatkan oleh radiasi matahari yang cukup kuat dan disertai kelembapan yang tinggi;
2. Terlihat awan cumulus (putih berlapis lapis kaya domba) dengan jumlah cukup banyak.
3. Awan Cumulus Nimbus berubah warna menjadi gelap/hitam dengan cepat.
4. Hujan diawali dengan hujan deras tiba-tiba.
Jika terjadi pertanda seperti di atas maka kita perlu waspada, akan turunnya hujan es.
Bandingkan jika dengan hujan es di jakarta..
0 Comments:
Post a Comment